Urgensi Mempertahankan Kualitas Ibadah
Drs. H M Ihsan Yusuf, SH, M.Hum
Aktifitas ibadah sanggup dinilai berkualitas, kalau memenuhi beberapa kriteria. Di antaranya ialah pertama, ibadah tersebut memenuhi syarat formal dan material. (QS Al Hasyr :7).
Baik urusan ubudiyah, muamalah, munakahah mawaris dll. Kalau sudah digariskan oleh Allah dan RasulNya,maka wajib dikerjakan, dan yang dihentikan oleh Allah dan RasulNya, maka tinggalkan. Misalnya dalam ibadah shalat. Perintah shalat digariskan oleh Allah SWT (QS. Al Baqarah : 43, An Nuur : 56 dll) aqiimushsholah (dirikanlah shalat). Sebelum shalat juga diperintahkan untuk berwudhu (QS Al Maidah : 6). Berwudhu inilah yang termasuk syarat formal yang dimaksud, dan masih banyak syarat formal yang lainnya. Syarat tersebut merujuk pada pola Rasulullah SAW dalam melaksanakan shalat. Rasulullah SAW bersabda : Shalluu kamaa roaitumuunii ushollii (Shalatlah sebagaimana saya melaksanakan shalat). Begitu juga dalam shalat ada larangan. Misalnya janganlah mendekati shalat kalau kau sedang dalam keadaan mabuk. Pendek kata, dalam melaksanakan aktifitas ibadah ada syarat formal dan materialnya. Dan kalau syarat ini sanggup dipenuhi, maka pintu gerbang menuju kualitas ibadah akan tercapai.
Kedua, ibadah tersebut berisi, tidak kosong. Artinya ibadah tersebut berhasil guna. Betapa banyak, ibadah yang telah memenuhi syarat formal dan material, tetapi tidak ada isinya. Misalnya, kita gres saja melaksanakan puasa bulan berkat sebulan penuh. Rasulullah SAW bersabda : Betapa banyak orang yang puasa, tetapi dia tidak menerima apaapa dari puasanya itu kecuali hanya rasa lapar dan dahaga. Begitu juga ibadah shalat. Betapa banyak orang yang telah melaksanakan shalat, tetapi tidak menerima apaapa kecuali capek. (QS Al Maa’uun : 45 ) maknanya : 4. Maka kecelakaanlah bagi orangorang yang shalat, 5. (yaitu) orangorang yang lalai dari shalatnya,
Bukan hanya shalat dan puasa, tetapi semua bentuk ibadah lain sanggup bernilai kosong. Seperti shadaqah, sanggup bernilai kosong. ( QS Al Baqarah : 264). Sehingga, jangan hingga kalau kita mengandalkan banyakny ibadah yang telah kita lakukan di dunia ini untuk bekal di alam abadi nanti, namun ternyata nilai dari ibadah itu kosong, sehingga sama dengan tidak membawa apaapa.
Ketiga, bentuk ibadah apapun, harus dikerjakan pada waktu yang telah ditentukan. Rasulullah SAW mengingatkan, kalau nyawa sudah di tenggorokan, maka tidak akan diterima taubatnya. Maka, selagi masih ada waktu untuk melaksanakan ibadah, mari segera melaksanakan dengan baik, sesuai hukum formal dan material, serta berhasil guna.
Kenapa ibadah yang berkualitas harus dipertahankan? Karena ibadah yang berkualitas inilah yang akan dihitung dan dianggap oleh Allah. (QS Al Mulk : 2). Allah menggelar pengadilan di alam akhirat, untuk memperhitungkan amal ibadah kita selama di dunia ini. Dan akan diperlihatkan mana amalan yang berkualitas, mana yang bernilai kosong. Di kawasan peradilan itulah akan tampak semuanya. Amal berkualitas, akan sanggup memperberat timbangan kebajikan. Orang yang lebih berat amal kebajikannya akan masuk nirwana Allah sebagaimana yang telah dijanjikanNya, dan orang yang timbangan kebajikannya lebih ringan dari timbangan keburukannya, maka dia akan dimasukkan dalam neraka, yang juga telah dijanjikan olehNya pula. (QS Al Qari’ah : 6). Maknanya : 6. dan Adapun orangorang yang berat timbangan (kebaikan)nya,7. Maka Dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.8. dan Adapun orangorang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,9. Maka kawasan kembalinya ialah neraka Hawiyah.
Inilah perlunya amalan harus berkualitas, harus ada isinya dan tidak kosong. Jangan hingga banyak, tetapi isinya kosong, sehingga sesudah ditimbang, ringan.
Apa upaya yang harus dilakukan, supaya amal ibadah berkualitas, dan sanggup dipertahankan secara terus menerus? Ada beberapa tips untuk sanggup mempertahankan kualitas ibadah. Pertama, adanya niat. Setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya.
Dari Umar bin alKhaththab r.a, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Bahwa perbuatan-perbuatan itu tergantung pada niat, dan tolong-menolong setiap orang bergantung dengan apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya. Dan barangsiapa yang hijrahnya untuk dunia yang ingin ia perolehnya, atau untuk perempuan yang ingin ia nikahinya, maka hijrahnya kepada apaapa yang ia berhijrah kepadanya".
Kedua, diamalkan dengan sekuat tenaga. Dengan perasaan dan jiwa yang utuh, penuh semangat. Rasulullah SAW bersabda : uthlubul hawaaija bi’izzatil anfus, liannal umuura, tajrii bil maqaadirihi (Raih semua impian anda dengan semangat yang tinggi, alasannya ialah semua urusan sanggup dicapai sesaui dengan kadarnya).
Ketiga, dilakukan dengan ikhlas. Sesuatu yang berat akan menjadi mudah, kalau dilakukan dengan ikhlas. Innallaaha laa yaqbalul ‘amal illa kaana lahul khaalishon. ( Sungguh Allah tidak mendapatkan amal, kecuali dilakukan dengan ikhlas). Allah berfirman dalam surah Al Fajr : 28). Makananya : 28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya.
Semoga kita semua sanggup mempertahankan kualitas ibadah kita, hingga ajal nanti. Amin.
Baik urusan ubudiyah, muamalah, munakahah mawaris dll. Kalau sudah digariskan oleh Allah dan RasulNya,maka wajib dikerjakan, dan yang dihentikan oleh Allah dan RasulNya, maka tinggalkan. Misalnya dalam ibadah shalat. Perintah shalat digariskan oleh Allah SWT (QS. Al Baqarah : 43, An Nuur : 56 dll) aqiimushsholah (dirikanlah shalat). Sebelum shalat juga diperintahkan untuk berwudhu (QS Al Maidah : 6). Berwudhu inilah yang termasuk syarat formal yang dimaksud, dan masih banyak syarat formal yang lainnya. Syarat tersebut merujuk pada pola Rasulullah SAW dalam melaksanakan shalat. Rasulullah SAW bersabda : Shalluu kamaa roaitumuunii ushollii (Shalatlah sebagaimana saya melaksanakan shalat). Begitu juga dalam shalat ada larangan. Misalnya janganlah mendekati shalat kalau kau sedang dalam keadaan mabuk. Pendek kata, dalam melaksanakan aktifitas ibadah ada syarat formal dan materialnya. Dan kalau syarat ini sanggup dipenuhi, maka pintu gerbang menuju kualitas ibadah akan tercapai.
Kedua, ibadah tersebut berisi, tidak kosong. Artinya ibadah tersebut berhasil guna. Betapa banyak, ibadah yang telah memenuhi syarat formal dan material, tetapi tidak ada isinya. Misalnya, kita gres saja melaksanakan puasa bulan berkat sebulan penuh. Rasulullah SAW bersabda : Betapa banyak orang yang puasa, tetapi dia tidak menerima apaapa dari puasanya itu kecuali hanya rasa lapar dan dahaga. Begitu juga ibadah shalat. Betapa banyak orang yang telah melaksanakan shalat, tetapi tidak menerima apaapa kecuali capek. (QS Al Maa’uun : 45 ) maknanya : 4. Maka kecelakaanlah bagi orangorang yang shalat, 5. (yaitu) orangorang yang lalai dari shalatnya,
Bukan hanya shalat dan puasa, tetapi semua bentuk ibadah lain sanggup bernilai kosong. Seperti shadaqah, sanggup bernilai kosong. ( QS Al Baqarah : 264). Sehingga, jangan hingga kalau kita mengandalkan banyakny ibadah yang telah kita lakukan di dunia ini untuk bekal di alam abadi nanti, namun ternyata nilai dari ibadah itu kosong, sehingga sama dengan tidak membawa apaapa.
Ketiga, bentuk ibadah apapun, harus dikerjakan pada waktu yang telah ditentukan. Rasulullah SAW mengingatkan, kalau nyawa sudah di tenggorokan, maka tidak akan diterima taubatnya. Maka, selagi masih ada waktu untuk melaksanakan ibadah, mari segera melaksanakan dengan baik, sesuai hukum formal dan material, serta berhasil guna.
Kenapa ibadah yang berkualitas harus dipertahankan? Karena ibadah yang berkualitas inilah yang akan dihitung dan dianggap oleh Allah. (QS Al Mulk : 2). Allah menggelar pengadilan di alam akhirat, untuk memperhitungkan amal ibadah kita selama di dunia ini. Dan akan diperlihatkan mana amalan yang berkualitas, mana yang bernilai kosong. Di kawasan peradilan itulah akan tampak semuanya. Amal berkualitas, akan sanggup memperberat timbangan kebajikan. Orang yang lebih berat amal kebajikannya akan masuk nirwana Allah sebagaimana yang telah dijanjikanNya, dan orang yang timbangan kebajikannya lebih ringan dari timbangan keburukannya, maka dia akan dimasukkan dalam neraka, yang juga telah dijanjikan olehNya pula. (QS Al Qari’ah : 6). Maknanya : 6. dan Adapun orangorang yang berat timbangan (kebaikan)nya,7. Maka Dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.8. dan Adapun orangorang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,9. Maka kawasan kembalinya ialah neraka Hawiyah.
Inilah perlunya amalan harus berkualitas, harus ada isinya dan tidak kosong. Jangan hingga banyak, tetapi isinya kosong, sehingga sesudah ditimbang, ringan.
Apa upaya yang harus dilakukan, supaya amal ibadah berkualitas, dan sanggup dipertahankan secara terus menerus? Ada beberapa tips untuk sanggup mempertahankan kualitas ibadah. Pertama, adanya niat. Setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya.
Dari Umar bin alKhaththab r.a, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Bahwa perbuatan-perbuatan itu tergantung pada niat, dan tolong-menolong setiap orang bergantung dengan apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya. Dan barangsiapa yang hijrahnya untuk dunia yang ingin ia perolehnya, atau untuk perempuan yang ingin ia nikahinya, maka hijrahnya kepada apaapa yang ia berhijrah kepadanya".
Kedua, diamalkan dengan sekuat tenaga. Dengan perasaan dan jiwa yang utuh, penuh semangat. Rasulullah SAW bersabda : uthlubul hawaaija bi’izzatil anfus, liannal umuura, tajrii bil maqaadirihi (Raih semua impian anda dengan semangat yang tinggi, alasannya ialah semua urusan sanggup dicapai sesaui dengan kadarnya).
Ketiga, dilakukan dengan ikhlas. Sesuatu yang berat akan menjadi mudah, kalau dilakukan dengan ikhlas. Innallaaha laa yaqbalul ‘amal illa kaana lahul khaalishon. ( Sungguh Allah tidak mendapatkan amal, kecuali dilakukan dengan ikhlas). Allah berfirman dalam surah Al Fajr : 28). Makananya : 28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya.
Semoga kita semua sanggup mempertahankan kualitas ibadah kita, hingga ajal nanti. Amin.
Posting Komentar untuk "Urgensi Mempertahankan Kualitas Ibadah"